SEJARAH TRIGONOMETRI
1. Pengertian
Trigonometri
Trigonometri berasal daro bahasa Yunani
yaitu tri artinya tiga,gonomon artinya sudut
dan metria yang artinya ukuran jadi. Jadi, trigonometri adalah
pengukuran sudut segitiga.
Menurut Edward J. Byng bahwa
trigonometri adalah ciptaan orang arab. Oleh karena itu, banyak kata-kata dalam
trigonometri yang menggunakan istilah dari Arab.
2. Awal
Kemunculan Trigonometri
Walaupun pada mulanya trigonometru
dikaji sebagai cabang astronomi tetapi akhirnya trigonometri berdiri sendiri
sebagai sebuah disiplin ilmu. Perkembangan awal trogonometri terbukti
digerakkan disebabkan keperluan penyelesaian masalah astronomi. Kemunculan
trigonometri merupakan proses yang perlahan. Jika dibandingkan dengan cabang
matematika lain, trigonometri berkembambang disebabkan hubungan antara
pendidikan matematika terapan dengan keperluan sains dalam bidang astronomi.
Hubungan ini dianggap saling berkait, tetapu tersembunyi sehingga zaman
Renaissans trigonometri dijadikan sebagai topik tambahan dalam astronomi.
3. Perkembangan
dan Tokoh-Tokoh Trigonometri
Trigonometri sebagai alat utama
astronomi telah menjadi bidang kajian yang sangat diminati oleh ahli-ahli
matematika islam sehingga trigonometri dapat berdiri sendiri sebagai sebuah
disiplin ilmu. Orang islam adalah
orang yang pertama kali menekankan pengkajian
prinsip-prinsip cahaya. Ia adalah al-Haitham, yang telah menulis
risalah-risalah penting tentang topik. Al-Haitham membina bentuk awal
prinsip-prinsip cahaya yang akhirnya menjadi hukum snell tentang pembiasan
cahaya. Prinsip oprik al-Haitham memberu sesuatu insipirasi supaya perhatian
terhadap astronomi dan trigonometri lebih diutamakan. Berikut ini beberapa nama
tokoh dalam trigonometri :
Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh
matematika besar yang [ernah dilahirkan islam dan disumbangkan pada peradaban
dunia. Mungkin tak seratus tahun sekali akan lahir kedunia orang-orang seperti
beliau. Al-Khawarizmi selain terkenal dengan teori algoritmanya, beliau juga
membangun teori-teori matematika lain. dalam bidang trigonometri beliau
menemukan pemakaian sin, cos, tangent dan secan.
Al-Battani
Nama lengkap al-Battani adalah Mohammad
Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah Al-Battani, dilahirkan di Battan Mesopotamia
pada tahun 850 M dan meninggal meninggal dunia di Damsyik pada tahun 929 M.
Beliau adalah putera raja Arab, juga gubernur Syria yang dianggap sebagai ahli
astronomi dan ahli matematika islam yang tekemuka. Al-Battani yang
bertanggung jawab memperkenalkan konsep-konsep modern, perkembangan
fungsi-fungsi dan identity trigonometri. Beliau biasanya menggunakan formula
sinus dengan lebih jelas dibandingkan penjelasan dari orang Yunani.
Abu al-Wafa
Nama lengkapnya adalah Abu al-Wafa
Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yaya Ibn Ismail al-Buzjani lahir di Buzjan, Nishapur,
Iraq tahun 940 M. sejak kecil, kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal
tersebut ditunjang dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam.
Setelah berhasil menyelesaikan
pendidikan dasar dan menengahnya, Abu al-Wafa memutuskan untuk meneruskan ke
jenjang yang lebih tinggi di Baghdad pada tahun 959 M. Berkat bimbingan
sejumlah ilmuwan terkemuka masa itu, tak berapa lama ia menjelma menjadi
seorang pemuda yang berotak cemerlang. Dia pun lantas banyak membantu para
ilmuwan serta secara pribadi mengembangkan teori terutama dalam bidang
trigonometri. Konstruksi bangunan trigonometri versi abu al-Wafa diakui sengat
besar manfaatnya. Beliau mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi
empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan decimal.
Banyak buku dan karya ilmiah telah
dihasilkannya dan mencakup banyak bidang ilmu. Namun, tak banyak karyanya yang
tertinggal hingga saat ini. Sejumlah karyanya hilang, sedang yang masih ada
sudah dimodifikasi. Abu al-Wafa juga banyak menuangkan karya tulisnya di jurnal
ilmiah Euclid, Diophantus dan al-Khawarizmi, tetapi sayangnya banyak yang telah
hilang. Karena konstribusinya yang besar terhadap bidang trigonometri,
beliau dijuluki sebagai peletak dasar ilmu trigonomteri.
Ibn al-Shatir
Nama lengkapnya adalah ‘Ala al-Din Ali
Ibn Ibrahim Ibn al-Muwaqit, lahir pada tahun 1306 M dan meninggal tahun 1375.
karyanya tertuang dalam rasad ibn shatir (pemerhati ibn shatir).
4. Aplikasi
Trigonometri
Jauh sebelum astronom muslim
mengembangkan metode pengamatan dan teoritisnya yang maju, mereka sudah
memiliki keahlian dalam menerapkan pengetahuan astronomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar dalam ibadah. Praktek agama islam selalu memerlukan
penentuan waktu dan tempat, apakah dalam kaitan dengan shalat atau untuk
menentukam awal bulan dan hari libur dalam kalender hijriah muslim
Shalat harus terarah dan waktunya juga
tertentu. Seluruh kaum muslimin shalat menghadap mekag kota kuno yang menjadi
tempat bangunan suci umat islam, yakni ka’bah. Kebutuhan administrasi dan
komunikasi pada awal-awal ekspansi islam menghasilkan kebutuhan kalender baru
yang islami. Sehingga khalifah yang berkuasa pada abad ke-7 membuat suatu
sistem baru yang berbeda dengan kalender Gregorian dan Julian didasarkan pada
siklus bulan (kabisat) bukannya siklus matahari. Kalender baru ini berawal pada
hari pertama tahun hijrah (622 M), kepindahan nabi Muhammad dari Mekkah ke
Madinah. Tanggal ini yang diperkirakan terjadi pada akhir September, menandai
awal tahun satu dalam kalender islam. Fakta bahwa kalender tersebut didasarkan
pada tahun kabisat membuat prosedur konversi antara kalender islam dan kalender
Gregorian menjadi rumit. Seluruh hari libur dan hari raya muslim, dan juga
ramadhan sebagai bulan untuk berpuasa dijadwalkan pada tahun kabisat. Maka
penampakan bulan sabit yang pertama pada bulan yang baru merupakan momen
penting bagi seluruh ibadah muslim. Alat astronomi yang paling spektakuler
adalah astrolabus, merupakan instrument perhitungan yang penting pada abad
pertengahan dan awal-awal renaissans. Selain menentukan waktu shalat dan arah
mekkah, astrolabus sebagai penentu waktu dan perputaran tahunan benda-benda
langit, pengukuran diatas bumi dan informasi astrologi.
SEJARAH TRIGONOMETRI
orang yang pertama kali menekankan pengkajian prinsip-prinsip cahaya. Ia adalah al-Haitham, yang telah menulis risalah-risalah penting tentang topik. Al-Haitham membina bentuk awal prinsip-prinsip cahaya yang akhirnya menjadi hukum snell tentang pembiasan cahaya. Prinsip oprik al-Haitham memberu sesuatu insipirasi supaya perhatian terhadap astronomi dan trigonometri lebih diutamakan. Berikut ini beberapa nama tokoh dalam trigonometri :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar